PROPOSAL
PTK
PENERAPAN
METODE JIGSAW MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 SINGARAJA TAHUN AJARAN
2013/2014, KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG

IHDN DENPASAR
I PUTU NIKA ARIAWAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
FAKULTAS DHARMA ACARYA
|
2014
A. PENERAPAN
METODE JIGSAW MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 SINGARAJA TAHUN AJARAN
2013/2014, KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG
B. Latar Belakang
Guru memiliki
peran yang sangat besar dalam prestasi belajar siswa. Jika mata pelajaran yang
tidak disukai oleh siswa, namun guru yang menyampaikan mata pelajaran disukai
oleh siswa otomatis mata pelajarannya
akan disukai dan penjelasan yang diberikan oleh guru akan dimengerti oleh
siswa. Semua itu tergantung dari metode, strategi, media dan pengelolaan kelas
yang dilakukan oleh guru yang sesuia dengan materi dan sesuia dengan situasi
kelas yang diajar. Guru senantiasa harus melakukan inovasi dan evaluasi terhadap
hasil belajar siswa. Karena hasil evaluasi terhadap kemampuan siswa misalnya
hasilnya kurang dari KKM, maka seorang guru haruslah mencari tahu penyabab dari
hasil evaluasi yang kurang dari KKM. Apakah materi yang belum dimengerti, atau
metode dan, media atau setrategi yang tidak tepat digunakan pada materi yang
diajarkan serta dikelas yang bersangkutan. Untuk menjawab permasalahan diatas
maka seorang guru hendaknya melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Atau yang
sering disebut PTK.
Penelitian
Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah
kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam
sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu
pembelajaran di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja dimunculkan
tersebut diberikan oleh guru atau berdasarkan arahan guru yang kemudian
dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini arti Kelas tidak terikat pada pengertian
ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yaitu kelas adalah
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari
guru yang sama juga. (Suharsimi: 2005).
Dari observsi yang
peneliti lakukan di SMA Negeri 2 Singaraja, Kecamatan Buleleng, Kabupaten
Buleleng. Pada mata pelajaran agama hindu banyak siswa yang tidak mempu
mencapai KKM yang ditetapakan disekolah tersebut. Maka dari itu peneliti
mengadakan penelitian disekolah tersbut. Mengatasi permsalahan terjadi maka
peneliti menerapkan metode Jigsaw sebagai metode untuk mempermudahkan guru
menyampaikan materi tentang tempat suci dan siswa lebih mudah memahami materi
tersebut.
C. Rumusan Masalah
Dari Lakang Belakang
masalah diatas dapat dirumuskan masalah-masalah dalam penelitian ini.
Diantaranya:
1. Bagaimana
peningkatan kreativitas belajar Pendidikan Agama Hindu, siswa kelas X di SMA Negri 2 Singaraja tahun
ajaran 2013/2014 dengan menerapkan metode Jigsaw?
2. Apakah
dengan menerapkan metode Jigsaw Pendidikan Agama Hindu dalam materi pengertian Yadnya,
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X di SMA Negri 2 Singaraja tahun
ajaran 2013/2014?
3. Bagaimana
respon siswa kelas X di SMA Negri 2 Singaraja tahun ajaran 2013/2014 dalam Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Hindu, dengan materi Yadnya dan menerapkan metode
Jigsaw.
D. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah
diatas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Diantaranya:
1. Tujuan
Umum
Tujuan umum dari
penelitian ini, adalah bertujuan untuk menambah wawasan serta mengembangkan
kemampun peneliti, dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Yang nantinya
dapat peneliti gunakan ketika menjadi guru.
2. Tujuan
Khusus
1) Untuk
mengetahui gambaran peningkatan - peningkatan kreativitas belajar Pendidikan
Agama Hindu, siswa kelas X di SMA Negri
2 Singaraja tahun ajaran 2013/2014 dengan menerapkan metode Jigsaw.
2) Untuk
mengetahui gambaran peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Hindu, siswa
kelas X di SMA Negri 2 Singaraja tahun ajaran 2013/2014 dengan menerapkan
metode Jigsaw?
3) Untuk
mengetahui respon siswa kelas X di SMA Negri 2 Singaraja tahun ajaran 2013/2014
dengan menerapkan metode Jigsaw.
E. Manfaat Penelitian
Di dalam setiap kegiatan pastilah memiliki manfaat baik
itu manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis. Begitu juga halnya dengan penelitian yang penulis
lakukan memiliki manfaat. Dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil pelaksanaan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Manfaat
Teoritis
Secara
teoritis penelitian ini diharapakan memberikan manfaat yang mampu menambah
wawasan peneliti.
2. Manfaat
Praktis
1)
Bagi guru Agama Hindu penelitian ini
dapat dijadikan pedoman dalam mengajar.
2)
Bagi pengajar Agama Hindu untuk
mempermudah penyampaian materi Yadnya dengan menerapkan metode Jigsaw.
3)
Bagi
praktisi pendidikan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan
untuk mengembangkan model–model pembelajaran Pendidikan Agama Hindu.
4)
F.
Kajian Pustaka dan Hipotesis
1. Pembelajaran
Pembelajaran berlaku
apabila sesuatu pengalaman secara relatifnya menghasilkan perubahan kekal dalam
pengetahuan dan tingkah laku.
Menurut RAHIL MAHYUDDIN Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang melibatkan ketrampilan kognitif yaitu penguasaan ilmu dan perkembangan kemahiran intelek. Dan menurut ACHJAR CHALIL Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Menurut RAHIL MAHYUDDIN Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang melibatkan ketrampilan kognitif yaitu penguasaan ilmu dan perkembangan kemahiran intelek. Dan menurut ACHJAR CHALIL Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
2. Landasan
Konseptual
1) Metode
Jigsaw
Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di
manasiswa, bukan guru, yang memiliki tanggungjawab lebih besar dalam
melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja Tim,
ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang
tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi
sendirian. Metode Jigsaw Setiap siswa yang ada di “kelompok awal” mengkhususkan
diri pada satu bagian dari sebuah unit pembelajaran. Para siswa kemudian
bertemu dengan anggota kelompok lain yang ditugaskan untuk mengerjakan bagian
yang lain, dan setelah menguasai materi lainnya ini mereka akan pulang
kekelompok awal mereka dan menginformasikan materi tersebut keanggota lainnya.
Semua siswa dalam “kelompok awal” telah membaca materi yang sama dan mereka
bertemu serta mendiskusikannya untuk memastikan
pemahaman. Mereka kemudian berpindah ke “kelompok jigsaw” – dimana
anggotanya berasal dari kelompok lain yang telah membaca bagian tugas yang
berbeda. Dalam kelompok-kelompok ini mereka berbagi pengetahuan dengan anggota
kelompok lainnya dan mempelajari materi-materi yang baru.
2). Kreativitas Belajar
Pengertian Kreativitas Belajar adalah hasil dari interaksi antara
individu dan lingkungannya seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungan dimana ia berada dengan demikian baik berubah di dalam individu
maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif
(Munandar, 1995 : 12).
Kreativitas juga diartikan sebagai kemampuan
seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya
nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya (Supriyadi,
1994 : 7).
Secara psikoligis, belajar merupakan suatu proses perubahan
yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. “belajar juga adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya” (Slameto, 2003 : 2).
Ahli pendidikan modern merumuskan bahwa belajar adalah
suatu bentuk pertmbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan (Aqib, 2003 : 42). Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas
usia dan berlangsung seumur hidup (Rohadi, 2003 : 4). Dengan demikian belajar
merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya
untuk merubah prilakunya, jadi hasil dari kegiatan belajar adalah berupa
perubahan prilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar.
Tornace dan Myres dikutip oleh Triffinger (1980) dalam
Semiawan dkk (1987:34) berpendapat bahwa belajar kreatif adalah “menjadi peka
atau sadar akan masalah, kekuarangan-kekurangan, kesenjangan dalam pengetahuan,
unsur-unsur yang tidak ada, ketidak harmonisan dan sebagainya. Mengumpulkan
informasi yang ada, membataskan kesukaran, atau menunjukkan (mengidentifikasi)
unsur yang tidak ada, mencari jawaban, membuat hipotesis, mengubah dan
mengujinya, menyempurnakan dan akhirmnya mengkomunikasikan hasil-hasilnya” .
Sedangkan proses belajar kreatif menurut Torance dan Myres
berpendapat bahwa proses belajar kreatif sebagai : “keterlibatan dengan sesuatu
yang berarti, rasa ingin tahu dan mengetahui dalam kekaguman, ketidak
lengkapan, kekacauan, kerumitan, ketidak selarasan, ketidak teraturan dan
sebagainya.
3. Hipotesisi
Tindakan
Berdasrkan landasan
konseptual dan tujuan penelitian tindakan seperti yang telah diuraikan diatas,
maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :
Dengan penggunaan Metode Jigsaw dalam pelajaran Agama Hindu
materi Yadnya mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas X di SMA Negeri 2 Singaraja, tahun ajaran 2013/2014, Kecamatan Buleleng,
Kabupaten Buleleng.
G. Landasan Teori
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan
oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori
dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
H. Metode Penelitian
1. Jenis
dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian
Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah
kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam
sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran
di kelas.
2. Subjek
Penelitian
Subjek dalam
penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Singaraja, tahun ajaran 2013/2014. Banyak siswa yang menjadi
subjek penelitian adalah 29 orang yang terdiri 13 orang siswa laki-laki dan 16
siswa perempuan. Dengan rincian sebagai berikut;
NO
|
Nama
Siswa
|
JENIS
KELAMIN
|
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
||
1
|
|
Laki-Laki
|
|
2
|
|
Perempuan
|
Laki-Laki
|
3
|
|
Laki-Laki
|
|
4
|
|
Perempuan
|
Laki-Laki
|
5
|
|
Laki-Laki
|
|
6
|
|
Laki-Laki
|
|
7
|
|
Laki-Laki
|
|
8
|
|
|
Perempuan
|
9
|
|
|
Perempuan
|
10
|
|
|
Perempuan
|
11
|
|
|
Perempuan
|
12
|
|
Laki-Laki
|
|
13
|
|
|
Perempuan
|
14
|
|
|
Perempuan
|
15
|
|
Laki-Laki
|
|
16
|
|
|
Perempuan
|
17
|
|
Laki-Laki
|
|
18
|
|
|
Perempuan
|
19
|
|
|
Perempuan
|
20
|
|
|
Perempuan
|
21
|
|
Laki-Laki
|
|
22
|
|
Laki-Laki
|
|
23
|
|
Laki-Laki
|
|
24
|
|
|
Perempuan
|
25
|
|
|
Perempuan
|
26
|
|
Laki-Laki
|
|
27
|
|
|
|
28
|
|
|
Perempuan
|
29
|
|
Laki-Laki
|
|
JUMLAH
|
13
|
16
|
|
|
|
|
Adapun alasan dipilihnya kelas ini
adalah karena aktivitas belajar Pendidikan Agama Hindu siswa yang masih
kurang KKM dan prestasi belajar
Pendidikan Agama Hindu yang dipandang perlu untuk ditingkatkan. Dengan penerapan
metode Jigsaw sebagai sarana meneingkatan kreativitas belajar.
3. Objek
Penelitian
Objek dalam
penelitian ini meliputi aktivitas dan prestasi belajar dan respon siswa dalam
mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu. Prestasi belajar siswa yang dimaksud
adalah skor rata-rata yang diperoleh dari tes perestasi belajar yang diberikan
pada setiap akhir siklus pembelajaran.
4. Prosedur
Penelitian
Jika
dilihat dari prosesnya, penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
(PTK) sehingga prosedurenya sesuai dengan procedur PTK yang dalam hal ini
dilakukan sebanyak dua siklus, dimana pada setiap siklus dilaksanakan empat
tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan
refleksi. Alur penelitian secara lebih jelas Adapun rancangan/desain penelitian
adalah sebagaimana bagan berikut:
![]() |
|||
|
|||
4.
Teknik Pengumpulan Data
4.1
Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap subyek (partner penelitian) dimana sehari-hari
mereka berada dan biasa melakukan aktivitasnya.
4.2
Wawancara
Wawancara yang dilakukan adalah untuk melakukan adalah
untuk memproleh makna yang raasional, maka observasi perlu dikuatkan dengan
wawancara. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan dialog
langsung dengan sumber data, dan dilakukan secara tak bersetruktur, dimana
responden mendapat kebebaasan dan kesempatan untuk mengelukan pikiran,
pandangan, dan perasaan secara natural.
4.3 Dokumentasi
Selain sumber manusia (human resouerces) melalui
observasi dan wawancara sumber lainnya sebagai pendukung yaitu dokumen-dokumen
tertulis yang resmi ataupun tidak resmi.
6 Teknik
Analisis Data
1) Analisis
Aktivitas Siswa
Analisis terhadap data
aktivitas belajar siswa dilakukan secara deskriptif. kriteria penggolongan
aktivitas disusun berdasarkan nilai rata-rata mean ideal (MI), standar deviasi
ideal (SDI), dan skor aktivitas siswa (
). Rumus umum untuk MI dan SDI
adalah sebagai berikut.

MI =
(skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)

SDI =
(skor tertinggi ideal – skor terendah ideal)

(Wardhani,
2007)
Penggolongan
aktivitas belajar siswa secara klasikal menggunakan kriteria yang sudah
dimodifikasi dari Wardhani (2007) adalah sebagai berikut.










(Anas Sudijono, 1995:112)
Lembar observasi aktivitas yang akan
digunakan dalam penelitian terdiri dari 5 indikator aktivitas belajar.
Masing-masing indicator dijabarkan menjadi 3 deskriptor. Aktivitas siswa
ditentukan dengan menghitung skor untuk masing-masing indikator aktivitas
siswa. Dengan demikian skor tertinggi ideal adalah 15 dan skor terendah ideal
adalah 0.Sehingga, dapat ditemukan mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal
(SDI) sebagai berikut.
MI = ½ (15 + 0)=7,5
SDI =
(15 – 0)= 2,5

Berdasarkan
hasil perhitungan MI dan SDI di atas diperoleh kriteria penggolongan aktivitas
sebagai berikut.










Dari
data aktivitas yang terkumpul dapat dihitung rata-rata skor aktivitas belajar
siswa pada kelima indikator tersebut. Adapun rumus yang dipakai untuk
menentukan rata-rata skor aktivitas yang sudah dimodifikasi dari Wardhani (2007) adalah sebagai berikut.


Keterangan :



Rata-rata
skor aktivitas belajar siswa (
) yang diperoleh dari perhitungan
dibandingkan dengan kreteria penggolongan yang telah ditetapkan. Dengan
demikian, aktivitas belajar siswa selama proses belajar mengajar dapat
ditentukan.

2) Analisis Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar dianalisis secara
statistik deskriftip yaitu dengan menentukan rata-rata skor hasil belajar
dengan rumus sebagai berikut;


Keterangan :


N = banyak siswa
(Wardhani,
2007)
Selain
dengan menggunakan rata-rata tes hasil belajar dapat juga dilihat dari daya
serap (DS) dan ketuntasan belajar (KB) siswa. Daya serap dan ketuntasan belajar
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
DS =
x 100%

Keterangan :
DS = daya serap

(Depdiknas, 2006)
KB =
x 100%

Keterangan :
KB = ketuntasan belajar
N
= banyaknya siswa yang ikut tes
Pedoman
yang digunakan untuk melakukan interprestasi terhadap data tentang hasil
belajar secara klasikal adalah tercapainya rata-rata kelas minima 70, daya
serap minimal 70% dan ketuntasan belajar minimal 85%.
3)
Analisis
Respon Siswa
Untuk
mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif, perlu
ditentukan skor respon siswa (R), mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal
(SDI).Rumus untuk MI dan SDI adalah sebagai berikut.
MI = ½ (skor tertinggi ideal + skor
terendah ideal)
SDI= 1/6 (skor tertinggi ideal – skor terendah ideal)
Rata-rata respon kelas siswa
dikategorikan dengan pedoman berikut.










(Wardhani, 2007)
Angket
yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 pernyataan. Setiap
pernyataan memiliki skor maksimal 5 dan skor minimal 1.Dengan demikian skor
tertinggi ideal adalah 20 dan skor terendah ideal adalah 4. Sehingga dapat
ditentukan mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI) yaitu :
MI = ½ (20+4) = 12,00
SDI =
(20-4) = 2,67

Berdasarkan MI dan SDI dari skor
respon siswa, diperoleh penggolongan respon siswa sebagai berikut.










Dari data
respon siswa yang terkumpul data dihitung rata-rata skor respon siswa. Adapun
rumus yang dipakai untuk menentukan rata-rata skor respon adalah


Keterangan :


N =
banyak siswa
(Wardhami, 2007)
Rata-rata
skor respon siswa (
) yang diperoleh dari perhitungan
dibandingkan dengan kriteria penggolongan yang ditetapkan. Dengan demikian,
respon siswa selama proses belajar mengajar dapat ditentukan.

Secara keseluruhan, penelitian ini
dikatakan berhasil apabila aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan baik
itu dari refleksi awal maupun dari siklus sebelumnya dan harus memenuhi kriteria
yang ditetapkan. Hal penting lain yang harus diperoleh adalah peningkatan hasil
belajar dari siklus sebelumnya. Selain itu, respon siswa terhadap penerapan
model pembelajaran kooperatif dengan strategi TTW minimal harus positif.
DAFTAR
PUSTAKA
1. SyaifulBahriDjamarahdan Aswan Zain 1995.StrategiBelajarMengajar. Jakarta:
RinekaCipta
2. Gulo, W. 2002. StrategiBelajarMengajar. Jakarta: Grasindo
3. Sujana, Nana. 2009. “Faktor-faktor yang mempengaruhihasilbelajar”.
4. Hamalik, Dr. Oemar. 2005. KurikulumdanPembelajaran. Jakarta:
BumiAksara.
5. Satori
Djam’andanKomariahAan. 2011. MetodePenelitianKualitatif. Bandung: CV Alfabeta
6. http://karwono.wordpress.com/2008/02/27/artikel-penelitian-tindakan-kelas classroom-action-research/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar